Pages

About

Follow Twitter : @albi_kurnia Facebook : Allbbii Kurnniiaa B

Anda Pengunjung Yang Ke

Labels




Kamis, 28 Februari 2013

Keuntungan Otomotif Astra Rp 9,5 T

Laba bersih PT Astra International Tbk (Grup Astra) dari divisi otomotif sepanjang tahun lalu naik 15 persen menjadi Rp 9,5 triliun di bandingkan periode yang sama sebelumnya. Jika diurai, Rp 4,9 triliun berasal dari anak perusahaan murni dan perusahaan gabungan dengan asing Rp 4,6 triliun.
Anak perusahaan murni Astra banyak bergerak di bidang penjualan mobil, sepeda motor dan bisnis komponen otomotif, seperti Auto2000, Daihatsu Sales Operation, Honda Sales Operation, Peugeot Sales Operation, Isuzu Sales Operation, BMW Sales Operation dan PT Astra Otoparts Tbk. Sedangkan perusahaan gabungan banyak bergerak di bidang manufaktur dan distribusi otomotif seperti (PT Toyota Astra Motor, Astra Daihatsu Motor, Astra Honda Motor, dan Isuzu Astra Motor Indonesia).
Dalam pernyataan resmi yang diterima KompasOtomotif, hari ini (28/2/2013) Astra menyatakan, pemberlakukan peratuan uang muka (DP) minimum pada pembiayaan otomotif konvensional sejak Juni 2012 memukul pasar sepeda motor. Pengetatan standar pemberian pinjaman pada beberapa perusahaan pembiayaan konsumen juga terjadi sepanjang tahun lalu tidak membantu kondisi. Tapi, hal ini tidak berdampak pada pasar mobil.
Total penjualan mobil nasional naik 25 persen menjadi 1,1 juta unit. Grup Astra (Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks dan Peugeot) juga meningkat 25 persen hingga 605.000 unit, dengan raihan pangsa 54 persen. Capaian ini diperoleh berkat peluncuran 18 model baru dan 26 facelift ke pasar.
Penjualan sepeda motor tahun lalu turun 12 persen menjadi 7,1 juta unit. Astra yang mengandalkan Honda ikut tertekan 4 persen menjadi hanya 4,1 juta unit. Tapi, pangsa pasarnya justru naik dari 53 persen menjadi 58 persen, dengan meluncurkan empat model baru dan 10facelift. Juga berkat kelihaian AHM dalam menawarkan paket pembiayaan syariah yang belum diikat dengan persyaratan DP minimum.
"Peraturan baru DP minimum pada perbankan syariah mulai 1 April 2013 diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada pasar mobil dan motor," tulis Astra.
Dari bisnis komponen otomotif, PT Astra Otoparts Tbk (AOP) berhasil mengantongi laba bersih Rp 1,1 triliun, naik 5 persen. Lonjakkan pesanan pabrikan (OEM) dan pasar suku cadang pengganti (after sales) naik 12 persen, tapi pendapatan juga tergerus biaya bahan baku dan tenaga kerja yang tidak bisa dibebankan sepenuhnya ke konsumen.
Pendapatan Bersih
Dengan sokongan utama dari otomotif, Grup Astra berhasil mengantongi pendapatan hingga Rp 188,1 triliun, naik 16 persen dari tahun sebelumnya Rp 162,6 triliun. Total laba bersih Astra otomatis naik 9 persen jadi RP 19,4 triliun dari sebelumnya hanya Rp 17,8 triliun. Laba bersih per lembar saham juga naik Rp 480 dari sebelumnya Rp 439.
Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Grup Astra mengatakan, pendukung utama kinerja Grup Astra datang dari tingginya penjualan mobil, sehingga mencapat rekor baru laba bersih dan nilai bersih aset per saham.
"Menurunnya permintaan di sektor alat berat yang disebabkan oleh melemahnya harga batu bara serta turunnya harga CPO meskipun produksinya meningkat, telah mempengaruhi tingkat keuntungan Perseroan. Prospek bisnis kami tetap baik, walaupun kondisi saat ini masih dipengaruhi oleh ketidakstabilan harga batu bara dan CPO serta dampak dari peraturan uang muka minimum pada pembiayaan otomotif syariah,” beber Prijono.

Editor : Albi Kurnia B

PT Astra International


PT Astra International Tbk (ASII) mencetak laba bersih sepanjang 2012 sebesar Rp 19,4 triliun atau naik 9 persen dibanding pencapaian 2011 sebesar Rp 17,8 triliun.
Kenaikan laba karena operasional perseroan. Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menjelaskan kinerja grup Astra ini terutama didukung oleh tingginya penjualan mobil sehingga menyebabkan pendapatan bersih perseroan naik 16 persen dari Rp 162,6 triliun menjadi Rp 188,1 triliun.
"Namun menurunnya permintaan di sektor alat berat yang disebabkan oleh melemahnya harga batu bara serta turunnya harga CPO meskipun produksinya meningkat, telah mempengaruhi tingkat keuntungan perseroan," kata Prijono dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (28/2/2013).
Prijono menegaskan prospek bisnis perseroan akan tetap baik. Meski kondisi saat ini masih dipengaruhi oleh ketidakstabilan harga batu bara dan CPO serta dampak dari peraturan uang muka minimum pada pembiayaan otomotif syariah.
Dari sisi divisi otomotif, perseroan mencatatkan kenaikan 15 persen menjadi Rp 9,5 triliun yang dikontribusikan sebesarRp 4,9 triliun dari perseroan dan anak usaha serta Rp 4,6 triliun dari asosiasi dan jointly controlled entities.
Kontribusi laba bersih Perseroan dan anak perusahaan otomotif yang dikonsolidasi sebagian besar dihasilkan dari aktivitas penjualan mobil dan motor, serta bisnis komponen otomotif.
Sedangkan kontribusi laba bersih perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities terutama dihasilkan dari kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif.
Total penjualan mobil nasional meningkat 25 persen menjadi 1,1 juta unit. Penjualan mobil Grup Astra (Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks dan Peugeot) mengalami kenaikan 25 persen menjadi 605.000 unit, dengan pangsa pasar sebesar 54 persen.
"Sepanjang tahun 2012 Astra meluncurkan 18 model baru dan 26 model facelift," tambahnya.
Sementara itu, penjualan sepeda motor nasional turun 12 persen menjadi 7,1 juta unit. Penjualan sepeda motor Honda keluaran PT Astra Honda Motor (AHM) turun 4 persen menjadi 4,1 juta unit, dengan peningkatan pangsa pasar dari 53 persen menjadi 58 persen.
Peningkatan pangsa pasar ini didukung oleh berbagai model sepeda motor yang ditawarkan, serta kemampuan untuk menawarkan paket pembiayaan syariah yang menarik, yang tidak didasarkan pada persyaratan uang muka minimum.
Sepanjang tahun 2012, AHM meluncurkan empat model baru dan sepuluh model facelift.
Pada perdagangan hari ini, saham ASII naik 50 poin (0,63 persen) menjadi Rp 7.950 per saham.

Editor : Albi Kurnia B 

Target Penjualan Industri Roti 30 Persen




klim ekonomi di Indonesia saat ini semakin kondusif dan diprediksikan sampai tahun depan tidak akan mengalami krisis. Hal inilah yang menjadi faktor penting berkembang pesatnya Industri roti nasional di Indonesia.
Salah satunya PT Nippon Indosari Copindo yang pada tahun ini menargetkan penjualan dapat tumbuh minimum sebesar 30 persen. Demikian disampaikan Direktur Investor and Relation PT Nippon Indosari Corpindo Tbk Chin Yuen Loke , dalam konferensi pers yang digelar seusai rapat umum pemegang saham tahunan dan rapat umum pemegang saham luar biasa di Jakarta, Kamis (28/2/2013). 
Menurut Chin, pihaknya tidak merasakan dampak yang diakibatkan oleh resesi yang saat ini terjadi beberapa negara maju di dunia terhadap perekonomian Indonesia.
"Penawaran dari konsumen terhadap produk kami cukup kuat dan tidak mengalami kendala. Hal inilah dipengaruhi Iklim ekonomi yang baik, sehingga membuat pendapatan mimimum masyarakat yang semakin meningkat," ujar Chin. 
Chin menjelaskan bahwa untuk bisa bersaing ketat dalam bisnis penjualan roti secara massal, diperlukan penggunaan bahan baku seperti tepung terigu yang berkualitas tinggi.
Upaya itu, membuat produk roti memiliki cita rasa yang baik sehingga memberikan kesan positif di mata konsumen. Berbeda bila dibandingkan bisnis industri roti berskala kecil, yang seringkali menggunakan bahan baku dengan harga yang lebih murah, sehingga turut akan mempengaruhi cita rasa produknya.
"Faktor kualitas bahan baku, yang menjadikan merek produk kami selama 18 tahun ini selalu menjadi pilihan konsumen," papar Chin.
PT Indosari selama tahun 2012 berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 149 miliar atau meningkat hingga 29 persen. Selain itu penjualan neto produk mereka mengalami peningkatan 46,4 persen dibandingkan tahun lalu atau sebesar Rp 1,2 triliun.
Rapat umum pemegang saham, telah menyetujui untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 37 miliar yang rencananya akan dibayarkan pada 16 April 2013

Editor : Albi Kurnia B